Jumat, 02 Desember 2011

Tapestrix, Media Sosial Pengembang Brand

Tapestrix, Media Sosial Pengembang Brand













Sebagai jejaring sosial, Facebook dianggap mewakili sebuah platform yang lengkap untuk komunikasi maupun multimedia. Namun platform Facebook dianggap belum ideal untuk mengenalkan identitas sebuah brand, maupun mengembangkannya secara komprehensif.

Celah ini dimanfaatkan Tapestrix, sebuah platform sosial media alternatif yang bisa dikustomisasi sesuai keinginan.

“Ini platform yang bisa dikustomisasi. Sedangkan Facebook ideal untuk komunikasi virtual saja, tapi untuk brand, Facebook terbatas, tidak mampu menampilkan identitas brand secara lengkap,” ujar Founder Tapestrix, William Henley dalam keterangannya di Jakarta, 1 Desember 2011.

Menurutnya, untuk sebuah komunikasi brand atau merek, yang penting adalah tampilan detail sebuah brand, yang kurang diakomodir Facebook. Karena elemen dasar dari brand tidak dapat diintegrasikan.
“Kalau di Facebook brand cuma kelihatan logonya saja dan pelibatannya hanya sebatas Facebook Fans Page. Jadi belum ideal,” sebutnya.

William menambahkan, banyak perusahaan yang belum mengetahui ini karena menganggap Facebook merupakan yang paling mengakomodasi kebutuhan komunikasi virtual. Sebagai media sosial, popularitas Facebook memang mengalahkan Twitter, bahkan blog. “Ini latar belakang kami membuat platform alternatif selain Facebook,” katanya.
Tapestrix mempunyai fungsionalitas yang sama dengan facebook yakni komunikasi dua arah, update foto, update status, dapat mengintegrasikan identitas brand dengan lebih baik. Bagian yang dikustomisasi yakni tampilan maupun prosesnya sesuai dengan kebutuhan kliennya.

Salah satu perusahaan yang sudah mengaplikasikan platform ini yakni Telkomsel divisi Mobile Advertising. “Kalau di sini untuk sosialisasi dengan para vendor, maupun implementasi B2B, bussiness to bussiness,” ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa platform ini tidak sebatas untuk penjualan produk saja, tapi bisa juga digunakan untuk komunikasi internal maupun eksternal sebuah perusahaan. Platform ini menurutnya cocok sepanjang masih ada kebutuhan keterlibatan sosial media untuk komunitas multi arah. Platform ini cocok untuk B2B, atau B2C (bussiness to consumer).

Telkom Bangun 'Silicon Valley' di Bandung

Telkom Bangun 'Silicon Valley' di Bandung









 

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) berencana membanguna sarana inkubasi yang akan memfasilitasi para pembuat program aplikasi.

"Nanti disediakan sama Telkom, kalau perlu pendanaan," kata Direktur Utama Telekomunikasi Indonesia, Rinaldi Firmansyah usai BUMN Award 2011 di Jakarta, Kamis, 1 Desember 2011.

Rinaldi mengungkapkan, perusahaan telah menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berkumpul para pemprogram aplikasi ini. Untuk mewujudkan rencana tersebut, Telkom telah mengalokasikan dana hingga Rp50 miliar untuk 3-4 tahun. "Nanti ada 60 60 tempat disana," kata dia.

Dengan fasilitas tersebut, Telkom berharap para pembuat program nantinya bisa membuat aplikasi konten, mengetesnya di telepon genggam dan komputer personal, serta mengkaji kemungkinan kerjasama.

Rinaldi menegaskan, penyediaan fasilitas inkubasi ini merupakan salah satu perusahaan untuk mengembangkan industri krearif nasional.

Pada bagian lain, Telkom mengaku pihaknya hingga saat ini belum memutuskan belanja modal (capital expenditure/Capex)perusahaan pada tahun 2012. Namun dari perkiraan awal, anggaran Capex perusahaan disediakan sebesar Rp15 triliun, atau hampir sama dengan anggaran tahun lalu.

"Capexnya hampir sama, kira-kira ada 15 T, kan belum disetujui komisaris," kata dia.

Sumber pendanaan untuk Capex tersebut diharapkan berasal dari internal perusahaan sebesar 70 persen, refinancing 20 persen, dan sisanya berasal dari pinjaman perbankan. Saat ini Telkom telah mengantongi komitmen fasilitas pinjaman dari bank nasional.

Rencananya Capex perusahaan akan digunakan sebesar 60 persen untuk seluler dan 30 persen pengembangan broadband.